Upacara Adat Ceprotan sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis

Authors

  • Satria Aji Wijaya Universitas Negeri Malang
  • Hariyanto Universitas Negeri Malang
  • Abdul Rahman Prasetyo Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.17977/um064v3i122023p1866-1878

Keywords:

Upacara Adat Ceprotan, Seni Lukis, Kebudayaan

Abstract

Upacara adat Ceprotan merupakan salah satu budaya lokal di Indonesia khususnya dari daerah Pacitan tepatnya di Desa Sekar, Donorojo yang masih eksis hingga saat ini. Ironinya budaya lokal kini mulai tergerus karena adanya era globalisasi yang mengubah gaya hidup modern serta minimnya generasi penerus bangsa yang enggan melestarikan budaya lokal. Dengan saling mengenalkan budaya lokal ke masyarakat luas serta generasi penerus, maka budaya bisa tetap lestari dan hidup. Berdasarkan hal tersebut pencipta terdorong untuk mengekspresikan serangkaian acara Upacara Adat Ceprotan melalui bentuk karya seni lukis. Tujuan penciptaan ini untuk mengenalkan Upacara Adat Ceprotan kepada masyarakat melalui bentuk sebuah karya seni lukis dekoratif dengan mengangkat tentang Upacara Adat Ceprotan yang selalu dilaksanakan setahun sekali pada bulan Longkang (DzulQa'idah) hari Senin Kliwon. Metode penciptaan penelitian ini menggunakan metode dari Alma Hawkins yang terdiri atas tiga tahapan yaitu eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Karya lukis yang dihasilkan berjumlah 6 karya yang memvisualkan bagaimana proses awal hingga akhir dalam pelaksanaan Upacara Adat Ceprotan. Karya seni ditampilkan sebagai upaya pelestarian serta pengenalan budaya kepada masyarakat luas khususnya kepada generasi penerus bangsa.

Kata kunci: upacara adat Ceprotan; seni lukis; kebudayaan

Ceprotan Traditional Ceremony as a Source of Painting Inspiration

The Ceprotan traditional ceremony is one of the local cultures in Indonesia, especially from the Pacitan area, precisely in Sekar Village, Donorojo which still exists today. The irony is that local culture is now starting to be eroded due to the era of globalization that has changed modern lifestyles and the lack of future generations who are reluctant to preserve local culture. By introducing each other to local culture to the wider community and the next generation, the culture can remain sustainable and alive. Based on this, the creator was compelled to express a series of Ceprotan Traditional Ceremony events through the form of painting. The purpose of this creation is to introduce the Ceprotan Traditional Ceremony to the public through the form of a decorative painting by raising the Ceprotan Traditional Ceremony which is always held once a year in the month of Longkang (DzulQa'idah) on Monday Kliwon. The method of creating this research uses the method of Alma Hawkins which consists of three stages, namely exploration, improvisation, and formation. The resulting paintings are 6 works which visualize the process from beginning to end in the implementation of the Ceprotan Traditional Ceremony. Artworks are displayed as an effort to preserve and introduce culture to the wider community, especially to the nation's next generation.

Keywords: ceprotan traditional Ceremony; art painting; culture

References

Anggriani, S. D., Sidyawati. L., Prasetyo, A. R., & Ramadhani, E. K. (2021). Limbah ranting, daun, dan bunga kering sebagai material penciptaan karya rustic wood slice. Corak. Jurnal: Seni Kriya, 10(1), 51–58.

Bahar, M. F. (2021). Fisihing kayu bercahaya dalam gelap sebagai media edukasi pelestarian karang. Corak. Jurnal: Seni Kriya, 10(1),: 15.

Budiarto, G. (2020) Dampak cultural invasion terhadap kebudayaan lokal: studi kasus terhadap bahasa daerah. Pamator Journal, 13(2):183–93. doi: 10.21107/pamator.v13i2.8259.

Fauzan, R. & Nashar (2017) Mempertahankan tradisi, melestarikan budaya (kajian historis dan nilai budaya lokal kesenian terebang gede di kota serang. Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah, 3(1):1. doi: 10.30870/candrasangkala.v3i1.2882.

Hanip, S. P. N. (2020) Implementasi pendekatan 4P dalam pembelajaran pendidikan Islam kreatif. eL-HIKMAH: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, 14(2):123–40. doi: 10.20414/elhikmah.v14i2.2328.

Isnanta, S. D. (2015). Penciptaan karya seni mixed media berbasis eksperimentasi dengan teknik assemblage Jurnal ISI Surakarta, 6(1):10.

Kumara, W. A. (2020) Eksistensi dan aktualisasi diri manusia sebagai ide penciptaan seni lukis. DESKOVI: Art and Design Journal 2(2):81. doi: 10.51804/deskovi.v2i2.518.

Mustaqim, M. K., Nuroho, K. Y., & Dewi, D. S. K. (2020) Kebijakan pemerintah desa sekar dalam pelestarian tradisi `ceprotan`. Jurnal Academia Praja 3(01):69–78. doi: 10.36859/jap.v3i01.146.

Oktario, A. S., and Ariesta, R. (2019). Penggunaan bahasa dalam pesan whatsapp: interaksi multimodal. Jurnal Ilmiah Korpus, 3:6.

Perliando, P. Y., Linggi, R. K. & Hatuwe, M. (2018). Pemberdayaan Generasi Muda dalam Melestarikan kesenian dayak di kelurahan pampang kota samarinda. E-Journal Ilmu Pemerintahan, 5:14.

Prayogi, R. & Danial, E. (2016). Pergeseran nilai-nilai budaya pada suku bonai sebagai civic culture di kecamatan bonai darussalam kabupaten rokan hulu proinsi riau. Humanika: Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, 23(1):19.

Putra, J. H. (2015). Perempuan minangkabau dalam karya lukis dekoratif. Jurnal Universitas Negeri Padang, 18.

Putrayasa, I. K., Arimbawa, I. M. I. G., & Suardiana, I. N. (2018). Metafora Wanita Bali Pada Era Modern dalam Seni Patung. 22:11.

Santosa, Eko. (2019). Improvisasi dalam teater antara teknik pemeranan dan pertunjukan. TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema, 14(2). doi: 10.24821/tnl.v14i2.3099.

Sari, R. N. (2020). Representasi Kesadaran budaya lokal perupa dalam penciptaan karya seni rupa dan desain era kontemporer. 19.

Setiawan, D. (2018). Dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap budaya. JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in Communication Study, 4(1):62. doi:10.31289/simbollika.v4i1.1474.

Subekti, R. S, & Kaulam, S. (2016). Makna visualisasi dalam proses karya pelukis chairul satria sabarudin periode beauty on stripes 04:7.

Sugiartha, I. G. A. (2015) Bentuk dan konsep estetik musik tradisional bali. Panggung: Jurnal Seni Budaya, 25(1). doi: 10.26742/panggung.v25i1.14.

Surahman, S. (2016). Determinisme teknologi komunikasi dan globalisasi media terhadap seni budaya Indonesia. Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi, 12(1):31–42. doi: 10.24821/rekam.v12i1.1385.

Taruan, H. N. (2021). Bentuk dan makna lukisan bertemakan ekspresi wajah negeriku. JUNI, 23(1):16.

Utama, M. W. P. (2017). Model pelukisan ilustrasi di dalam serat babad sundujoyo. Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain, 2(1):1–16. doi: 10.25105/jdd.v2i1.1874

Yudha, I. M. D. (2015). Dwitunggal dalam dimensi lontar: dualisme dalam penciptaan seni lukis. Imaji, 4(1). doi: 10.21831/imaji.v4i1.6697.

Yuningtyas, L. A., Pranawa, S., & Yuhastina. (2020). The meaning of the ceprotan tradition in bersih desa for the people of sekar village. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 7(2):150–59. doi: 10.21831/hsjpi.v7i2.27978.

Downloads

Published

2023-12-30

How to Cite

Wijaya, S. A., Hariyanto, H., & Prasetyo, A. R. . (2023). Upacara Adat Ceprotan sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis. JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 3(12), 1866–1878. https://doi.org/10.17977/um064v3i122023p1866-1878

Issue

Section

Articles

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>