Pengembangan bahan ajar berbasis react (relating, experiencing, applying, cooperating, transferring) berbantuan advance organizer pada materi larutan penyangga untuk peserta didik SMA/MA kelas XI

Authors

  • Ilma Ade Restantri
  • Endang Budiasih
  • Dedek Sukarianingsih

DOI:

https://doi.org/10.17977/um067v1i6p451–463

Keywords:

bahan ajar, REACt, advance organizer, larutan penyangga

Abstract

Pemahaman konsep peserta didik terhadap materi larutan penyangga cukup rendah dan banyak kesulitan yang dialami oleh peserta didik terhadap beberapa konsep. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan ajar yang bersifat deskriptif. Bahan ajar kimia masih berupa buku teks yang menuntut peserta didik untuk menghafal bukan memperoleh pengetahuannya sendiri, sehingga berakibat pada hasil belajar peserta didik. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah mengembangkan bahan ajar dengan model pembelajaran berbasis kontekstual yaitu REACT karena sesuai dengan karakteristik materi larutan penyangga dengan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang nyata. Adanya advance organizer dalam bahan ajar digunakan sebagai penguat struktur kognitif peserta didik yaitu memberikan gambaran mengenai keterkaitan antar konsep pada materi larutan penyangga. Penerapan model REACT berbantuan advance organizer diharapkan dapat membantu peserta didik mempelajari materi secara keseluruhan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model pengembangan Four-D oleh Thiagarajan, et all (1974) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Penelitian ini hanya sampai pada tahap ketiga yaitu develop. Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar yang divalidasi oleh tiga validator yaitu satu orang dosen dan dua orang guru. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif dan kuantitatif yang dianalisis dengan teknik analisis persentase dan deskripsi kualitatif. Hasil validasi terhadap buku guru dan buku peserta didik diperoleh rata-rata persentase kelayakan isi sebesar 85,60 persen, kelayakan penyajian dan bahasa sebesar 89,20 persen, serta kelayakan perangkat pembelajaran sebesar 86,70 persen. Hasil uji keterbacaan diperoleh rata-rata persentase aspek tampilan sebesar 92 persen, aspek penyajian materi sebesar 85,60 persen, dan aspek manfaat sebesar 94,80 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan bahan ajar menurut Riduwan (2013), bahan ajar yang dikembangkan sangat layak digunakan sebagai sumber belajar.

References

Anwar, S., Noviyanti, N., & Hendrawan, H. (2017). Analisis kelayakan buku teks kimia SMA/MA kelas X materi reaksi redoks berdasarkan kriteria tahap seleksi 4S TMD. Jurnal penelitian pendidikan kimia: kajian hasil penelitian pendidikan kimia, 4(2), 97-104.

Chang, R. (2005). Kimia dasar: konsep-konsep inti. Jakarta: Erlangga.

Crawford, M. L. (2001). Teaching contextually. Research, rationale, and techniques for improving student motivation and achievement in mathematics and science. Texas: Cord.

Durotulaila, A. H. (2014). Pengaruh model pembelajaran react (relating, experiencing, applying, cooperating, transfering) dengan metode eksperimen dan penyelesaian masalah terhadap prestasi belajar ditinjau dari kemampuan analisis siswa (studi pembelajaran larutan penyangga di SMA.

Gusta, S. (2016). Pengembangan bahan ajar materi sifat koligatif larutan dengan model learning cycle 5E untuk siswa kelas XII SMA/MA (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).

Hartiningsih, T. (2018). Hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kritis larutan penyangga sebagai dampak POGIL berbantuan advance organizer di SMA Negeri 1 Papar. Disertasi dan tesis program pascasarjana UM.

Iskandar, S. M. (2015). Pendekatan pembelajaran sains berbasis konstruktivis. Malang: Bayumedia Publishing.

Korur, F., Toker, S., & Eryılmaz, A. (2016). Effects of the integrated online advance organizer teaching materials on students’ science achievement and attitude. Journal of Science Education and Technology, 25(4), 628-640.

Mentari, L., Suardana, I. N., & Subagia, I. W. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa SMA pada pembelajaran Kimia untuk materi larutan penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha, 1(1).

Riduwan, M. B. A. (2013). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Alf. Bandung.

Sihaloho, M. (2013). Analisis kesalahan siswa dalam memahami konsep larutan buffer pada tingkat makroskopis dan mikroskopis. Jurnal Entropi, 8(01).

Sihombing, S. N., & Marheni, M. (2012). Analisis kebutuhan dalam pembelajaran IPA kimia untuk pengembangan bahan ajar kimia SMP di DKI Jakarta. JRPK: Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2(1), 119-126.

Stephanie, M. M., Slamet, R., & Purwanto, A. (2011). Pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual pada materi larutan penyangga sebagai media pembelajaran SMA IPA kelas XI. JRPK: Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 1(1), 1-12.

Zidny, R., Sopandi, W., & Kusrijadi, A. (2013). Analisis pemahaman konsep siswa SMA kelas X pada materi persamaan kimia dan stoikiometri melalui penggunaan diagram submikroskopik serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, 1(1), 27-36.

Downloads

Published

11-01-2022

How to Cite

Ade Restantri, I., Budiasih, E. ., & Sukarianingsih, D. . (2022). Pengembangan bahan ajar berbasis react (relating, experiencing, applying, cooperating, transferring) berbantuan advance organizer pada materi larutan penyangga untuk peserta didik SMA/MA kelas XI . Jurnal MIPA Dan Pembelajarannya (JMIPAP), 1(6), 451–463. https://doi.org/10.17977/um067v1i6p451–463

Issue

Section

Articles