Studi Ragam Motif Batik Khas di Kota Batu

Authors

  • Dena Klimentin Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
  • Nur Endah Purwaningsih Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
  • Idah Hadijah Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.17977/UM068v1n3p200-206

Keywords:

batik, khas Kota Batu, Batik Semar, Nara Batikku, Batik Batoga, Batik Shitu

Abstract

Batik is a cloth made with a special technique to produce pictorial and colored motif using basic decoration and ornaments. The motif that is made varies according to the characteristics of each city. One of them is the typical batik of Batu City where the city is known for its apples. Some of the famous batik from Batu City are Semar Batik, Nara Batikku, Batoga Batik and Shitu Batik. The aim of this study is to describe the typical batik motif of Batu City from four studios, namely Semar Batik, Nara Batikku, Batoga Batik and Batik Shitu. The data in this study were obtained from interviews, observation and document collection. The data obtained was then processed by data reduction, data presentation and decision making. The validity of the data was tested by extension of observation, increasing persistence and triangulation. The results showed that each studio has its own various typical batik motifs. Semar batik has vegetable batik, sogan apple batik and liris apple batik. The typical motif of Batik Semar is apples and vegetables. Nara Batikku has longan batik motif, red tip batik and apple cherry blossom batik. Typical motif of Nara Batikku is flowers and plants. Batoga batik has motif of toga batik, green betel leaf batik and flower batik. The typical motif of Batoga Batik is herbal plants. Shitu batik has democratic batik motif, deaf shining batik and songgokerto batik. Characteristic of shitu batik is splash batik. Of the four studios, only Batik Semar has been registered at Diskoperindag, while the other three have not. Based on the results of this study, the authors suggest that the local department can be a source of information about the new batik business. For batik entrepreneurs, this should be used as input for the emergence of new historical heritage motif. For other students, it should be used as reference material in studying the various batik motifs typical of other cities.

Batik merupakan sebuah kain yang dibuat dengan teknik khusus untuk menghasilkan motif bergambar dan berwarna dengan menggunakan ragam hias dan ornamen dasar. Motif yang dibuat bermacam-macam sesuai dengan ciri khas kota masing-masing. Salah satunya adalah batik khas dari Kota Batu dimana kota ini dikenal dengan buah apelnya. Beberapa batik yang terkenal dari Kota Batu adalah Batik Semar, Nara Batikku, Batik Batoga dan Batik Shitu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motif batik khas Kota Batu dari empat sanggar yaitu Batik Semar, Nara Batikku, Batik Batoga dan Batik Shitu. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan pengumpulan dokumen. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara reduksi data, penyajian data dan mengambil keputusan. Keabsahan data diuji dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap sanggar memiliki ragam motif batik khasnya tersendiri. Batik Semar memiliki motif batik sayuran, batik apel sogan dan batik apel liris. Motif khas dari Batik Semar adalah apel dan sayuran. Nara Batikku memiliki motif batik kelengkeng, batik pucuk merah dan batik sakura apel. Motif khas dari Nara Batikku adalah bunga dan tanaman. Batik Batoga memiliki motif batik toga, batik daun sirih hijau dan batik bunga. Motif khas dari Batik Batoga adalah Tanaman herbal. Batik Shitu memiliki motif batik demokrat, batik shining tuli dan batik songgokerto. Ciri khas dari batik shitu adalah batik ciprat. Dari keempat sanggar tersebut hanya Batik Semar yang telah terdaftar di Diskoperindag, sedangkan ketiga lainnya belum terdaftar. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan bagi dinas setempat untuk dapat menjadi sumber informasi adanya usaha batik baru. Bagi pengusaha batik, agar menjadi masukan munculnya motif baru peninggalan sejarah. Bagi mahasiswa lain, agar dijadikan bahan referensi dalam meneliti ragam motif batik khas Kota lainnya.

References

Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, S. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G. Bandung: Alfabeta.

Tjahjani, I. (2013). Yuk, Mbatik: Panduan Terampil Membatik untuk Siswa. Surabaya: Erlangga.

Downloads

Published

29-03-2021

Issue

Section

Articles