Budaya Petik Laut: Solidaritas sosial berbasis kearifan lokal pada masyarakat pesisir di Dusun Parsehan Kabupaten Probolinggo

Authors

  • Suci Setiya Rahayu Universitas Negeri Malang
  • Waskito Waskito Universitas Negeri Malang
  • Arif Widianto Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.17977/um063v2i6p565-576

Keywords:

tradisi, ritual, Petik Laut, solidaritas sosial

Abstract

This article examines the social solidarity that exists in the Petik Laut Tradition. This study aims to reveal the history, forms and strategies of maintaining social solidarity in the implementation of the ritual of the Petik Laut Tradition. This study uses the paradigm of Emile Durkheim's social facts. This study uses Emile Durkheim's theory of social solidarity which is based on Emile Durkheim's collective consciousness the form of collective awareness is isn the form of community commitment to the implementation of rituals every year and contributions in the process. This research was conducted in Parsehan Hamlet, Tamansari Village Probolinggo Regency. Data collection techniques used in this research are observation, in-depth interviews, documentation and literature study. The results of this study indicate that the implementation of the Petik Laut Tradition is a pure form of fishermen's gratitude for the abundance of sustenance to God Almighty. Forms of social solidarity: Rembhak bhereng community (deliberations), Tasyakuran (Joint Prayer), while in the ritual larung sesajén: arak-arakan Biték & Ngéjhung (singing poetry), Ngambek & Arebbhu' sesajén (fighting over sesajén in Biték). There is a Cultural Parade and a Ketoprak performance as an aesthetic reflection to describe the ritual of the Petik Laut Tradition. The strategies used to maintain social solidarity are having a sense of respect for the Petik Laut Tradition as a relic of the ancestors, maintaining mutual courtesy and respect among fellow fishermen, and involving talented youths in enlivening the Cultural Parade.

Artikel ini mengkaji tentang solidaritas sosial yang ada dalam Tradisi Petik Laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sejarah, bentuk–bentuk dan strategi merawat solidaritas sosial pada pelaksanaan ritual Tradisi Petik Laut. Penelitian ini menggunakan paradigma fakta sosial Emile Durkheim. Penelitian ini menggunakan teori solidaritas sosial Emile Durkheim yang didasarkan pada kesadaran kolektif. Wujud kesadaran kolektifnya berupa komitmen masyarakat tentang terlaksananya ritual setiap tahun dan kontribusi di dalam prosesnya. Penelitian ini dilakukan di Dusun Parsehan Desa Tamansari Kabupaten Probolinggo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Tradisi Petik Laut merupakan murni wujud rasa syukur nelayan atas limpahan rezekinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk–bentuk solidaritas sosialnya: Rembhak bhereng masyarakat (musyawarah), Tasyakuran (Do’a Bersama), sedangkan dalam ritual larung sesajén: arak–arakan Biték & Ngéjhung (menyanyikan syair), Ngambek & Arebbhu' sesajén (memperebutkan sesajén dalam Biték). Terdapat Pawai Budaya dan pertunjukkan Ketoprak sebagai cerminan estetika untuk menggambarkan ritual Tradisi Petik Laut. Strategi yang digunakan untuk mempertahankan solidaritas sosial yaitu memiliki rasa menghormati terhadap Tradisi Petik Laut sebagai peninggalan nenek moyang, saling menjaga sikap sopan santun dan menghormati antar sesama nelayan, dan melibatkan pemuda–pemuda berbakat dalam memeriahkan Pawai Budaya.

References

Adrian, V. (2009). Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara. Denpasar: Pustaka Larasan.

Annisa, N. F. N. (2019). Makna doa pangrokat dalam tradisi Petik Laut Muncar di Dusun Kalimati Banyuwangi. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra, 15(1), 49-59.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo. (2021). Kecamatan Dringu Dalam Angka 2021. Probolinggo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo

Creswell, J. W. (2017). Research Design–Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, I. A. K. S., Sendratari, L. P., Mudana, I. W., & Si, M. (2014). Pemertahanan Tradisi Budaya Petik Laut oleh Nelayan Hindu dan Islam di Desa Pekutatan, Jembrana-Bali. Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 2(3).

Durkheim, E. (2013). The Division of Labour in Society. London: Palgrave Macmillan.

Durkheim, E. (2013b). The Rules of Sociologycal Method. London: Palgrave Macmillian.

Ernayanti, E., & Gurning, E. T. (1999). Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan Dalam Menunjang Persatuan dan Kesatuan (Kasus Ikami Sulawesi Selatan Cabang Bandung, Paguyuban Kedaerahan). Jakarta: CV Bima Sakti Raya.

Funay, Y. E. N. (2020). Indonesia dalam pusaran masa pandemi: Strategi solidaritas sosial berbasis nilai budaya lokal. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI), 1(2), 107-120.

Ritzer, G. (2014). Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jones, P. I. P. (2010). Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme hingga Post-modernisme. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Karmadi, A. D. (2007). Budaya lokal sebagai warisan budaya dan upaya pelestariannya.

Koentjaraningrat, K. (1998). Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta.

Lapian, A. B. (2009). Orang Laut–Bajak Laut–Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu.

Mayasari, R. (2012). Eksistensi Kesenian Dolalak Sebagai Kebudayaan Daerah di Desa Mlaran Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo.

Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubah, A. S. (2011). Strategi meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam menghadapi arus globalisasi. Jurnal Unair, 24(4), 302-308.

Relin, R. (2014). Teologi Hindu dalam Tradisi Petik Laut Pada Masyarakat Jawa di Pantai Muncar Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri.

Relin, D. E. (2017). Pementasan Tari Gandrung Dalam Tradisi Petik Laut di Pantai Muncar, Desa Kedungrejo, Kec. Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur (Suatu Kajian Filosofis). Mudra, 32(1), 195232.

Rochana, T. (2012). Orang Madura: Suatu Tinjauan Antropologis. Humanus, 11(1), 46-51.

Setiawan, E. (2016). Eksistensi budaya bahari tradisi petik laut di Muncar Banyuwangi. UNIVERSUM: Jurnal KeIslaman dan Kebudayaan, 10(2).

Suryani, I. (2014). Menggali keindahan alam dan kearifan lokal suku baduy (studi kasus pada acara feature dokumenter “Indonesia Bagus” di stasiun televisi net. Tv). Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam, 13(2), 179-194.

Susanti, A. (2019). Pengambilan keputusan yang dilakukan masyarakat dalam memilih ludruk antara rukun karya dan rukun famili dilihat dari segi harga dan daya tarik (Studi Kasus Di Desa Langsar Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep) (Doctoral dissertation, Universitas Wiraraja).

Wahyuni, H., & Suryanef, S. (2021). Strategi Partai Gerindra dalam Mewujudkan Representasi Perempuan di DPRD Provinsi Sumbar Periode 2019-2024. Journal of Civic Education, 4(3), 187-193.

Downloads

Published

2022-06-20

Issue

Section

Articles