Konstruksi sosial makna Tari Gandrung Seblang bagi Desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi

Authors

  • Heri Setiawan Universitas Negeri Malang
  • Sukamto Sukamto Universitas Negeri Malang
  • I Dewa Putu Eskasasnanda Universitas Negeri Malang
  • I Nyoman Ruja Universitas Negeri Malang
  • Ratih Pramesthi Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.17977/um063v3i3p225-233

Keywords:

tradisi, tari gandrung seblang, konstruksi sosial

Abstract

The formulation of the problems in this study are (1) What is the history of the emergence of the Gandrung Seblang Dance tradition in Bakungan Village, Glagah District? (2) What is the form of the Gandrung Seblang Dance and the meaning contained in the Gandrung Seblang Dance tradition in Bakungan Village, Glagah District? (3) How is the Social Construction of the Gandrung Seblang Dance in Bakungan Village, Glagah District? This study used a qualitative approach with a descriptive research type. The data collection technique uses a purposive technique. The results of the study show that: (1) There are two versions of the history of the creation of the Gandrung Seblang dance in the Bakungan community. The first version states that this tradition began as a ritual to honor the services of Mbah Djoyo, a village ancestor and to express gratitude to the village guard who was willing to be transferred for the development of the village area. The second version states that the Gandrung Seblang dance arose as a result of an ancient story in which many residents of Bakungan Village experienced disease outbreaks and crop failures. The researcher suggests researching "The Development of the Gandrung Dance Tradition in the Millennial Era" from a different theoretical perspective, besides that future researchers can also use research methods that are different from this research.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana sejarah munculnya tradisi Tari Gandrung Seblang di Desa Bakungan Kecamatan Glagah? (2) Bagaimana Bentuk Tari Gandrung Seblang dan makna yang terkandung dalam tradisi Tari Gandrung Seblang di Desa Bakungan Kecamatan Glagah? (3) Bagaimana Konstruksi Sosial Tari Gandrung Seblang di Desa Bakungan Kecamatan Glagah?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan data menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat dua versi sejarah terciptanya tari Gandrung Seblang di masyarakat Bakungan. Versi pertama menyatakan bahwa tradisi ini bermula sebagai ritual untuk menghormati jasa Mbah Djoyo, seorang leluhur desa dan rasa terima kasih kepada dayang penunggu desa yang berkenan dipindahkan guna pembangunan wilayah desa. Versi kedua, menyatakan bahwa tari Gandrung Seblang muncul akibat kisah zaman dahulu dimana banyak penduduk Desa Bakungan mengalami wabah penyakit dan kegagalan panen. Peneliti menyarankan untuk meneliti “Perkembangan Tradisi Tari Gandrung di Era Milenial” dalam perspektif teoretik yang berbeda, selain itu peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan metode penelitian yang berbeda dengan penelitian ini.

References

Anoegrajekti, N. (2003). Seblang Using: Studi Tentang Ritus dan Identitas Komunitas Using. Jember: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember.

Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Basuki, I. A. B. (2011). Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas iv sd berdasarkan tes internasional dan tes lokal. Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya, 39(2).

Berger, P. L. (1990). Tafsir sosial atas kenyataan: Risalah tentang sosiologi pengetahuan. Jakarta: LP3ES.

Berger, P. L. (1994). The Sacred Canopy: Elements of a Sociological Theory of Religion, terj. Frans M. Parera, Langit Suci: Agama sebagai Realitas Sosial. Jakarta: LP3ES.

Berger, P. L. (1990). Tafsir sosial atas kenyataan: Risalah tentang sosiologi pengetahuan.

Geertz, C. (1989). Abangan, santri, priyai dalam masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Geertz, C. (1992). Kebudayaan dan Agama, terj. Francisco Budiman Hardiman. Yogyakarta: Kanisius.

Geldern, R. H. (1982). Konsepsi tentang Negara & Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Jakarta: Rajawali.

Hadi, Y. S. (2007). Kajian Tari: Teks dan Konteks. Pustaka Book Publisher.

Hadiwidjoyo, M. P. (1993). Kata dan makna: teman penulis dan penerjemah menemukan kata dan istilah. Penerbit ITB.

Hasan, M. T., Soetandyo, W. W., SA, I., Irfan, M., Bakri, M., & Sutopo, H. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis. Malang: Visipress Media.

Jazuli, M. (2011). Sosiologi Seni: Pengantar Model Studi Seni. Cetakan I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Jazuli, M. (2007). Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran.

Kelompok Peminat Budaya & Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta. (1990). Diskusi panel dan pergelaran peragaan 3 versi seni tari rakyat jenis tayub: di Pusat Pengabdian Masyarakat (P3M) UNS pada tanggal 5 Mei 1990. Sebelas Maret University Press.

Khoiriyah, N. (2015). Konstruksi Sosial Masyarakat Desa Medang Tentang Makam Boyopatih. Paradigma, 3(2).

Koentjaraningrat, K. (2009). Pengantar ilmu antropologi, edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kresna, A. A. (2013). Demokrasi dan kekuasaan dalam pandangan hidup orang Jawa. Jurnal Ultima Humaniora, 1(2), 169-179.

Kusnadi, E., Sulistiowati, Y., & Subchan, P. (2009). Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Pusat Penelitian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. University of Jember Research Institution.

Maran, R. R. (2000). Manusia dan kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar. Rineka Cipta.

Metasari, L. A. (2015). Fungsi Tradisi Seblang Terhadap Kehidupan Sosial dan Keagamaan Masyarakat Desa Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: UI Press.

Murgiyanto, S., & Munardi, A. M. (1990). Seblang dan gandrung: Dua bentuk tari tradisi di banyuwangi. Jakarta: Pembinaan Media Kebudayaan.

Mutaafi, F. (2015). Konstruksi sosial masyarakat terhadap penderita kusta. Paradigma, 3(3).

Oktara, M. (2015). Gotong-royong sebagai nilai kearifan lokal dalam tradisi Barong Ider Bumi di Desa Kamiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi/M. Hidayat Dwi Oktara (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).

Poloma, M. M. (2010). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Pranitisari, Y. I. (2015). Makna Simbolis Perlengkapan Tari Seblang dalam Upacara Adat Seblang di desa Olehsari kecamatan Glagah kabupaten Banyuwangi.

Rachmawati, I. (2015). Mistisnya Ritual Tari Seblang Bakungan di Banyuwangi. Kompas. com: 13/10/2014, 15: 19 WIB.

Rahardjo, M. (2010). Hermeneutika Gadamerian. Malang: UIN-Maliki-Press.

Sahniah, S. U. (2013). Defenisi Tradisi dan Kemunculan Tradisi (Dalam beberapa Pandangan). http://ppknsalasiah.blogspot.com/2013/06/defenisi-tradisi-dan- kemunculan-tradisi.html. Diakses 16 November 2017.

Singodimajan, H. (2009). Ritual adat seblang: sebuah seni perdamaian masyarakat using banyuwangi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Smith, J. (1985). Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta.

Sugiyono, D. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wahyudianto, W. (2008). Pengetahuan tari. Solo: ISI Press Solo.

Zainuddin, M. (2012). Rekontruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Downloads

Published

2023-04-26

Issue

Section

Articles