Islam Kejawen: Lahirnya akulturasi Islam dengan budaya Jawa di Yogyakarta

Authors

  • Uskuri Lailal Munna Universitas Negeri Malang
  • Lutfiah Ayundasari Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.17977/um063v1i3p317-325

Keywords:

Islam Kejawen, Yogyakarta, akulturasi

Abstract

Islam entered Nusantara through several routes, including trade, marriage, education, preaching, etc. Java itself is one of the regions in the archipelago where Islam is spreading. Before getting to know Islam, Javanese people had previously embraced animism and dynamism, Hinduism-Buddhism, and then entered Islam, which in the process of spreading Islam made people's lives begin to change for the better. Islam can be accepted by the Javanese people, but even though they have changed their beliefs to embrace Islam, in fact various kinds of cultures and traditions from their previous ancestors are still firmly held and carried out by the Javanese people. The conditions that occurred in the Javanese people made them feel like living by adhering to two religions, where the teachings of their ancestors and the teachings of Islam were brought together and created a new acculturation. This cultural mixing between Islam and the native culture of the Javanese people is known as Islam Kejawen, which was born in Java, one of which is Yogyakarta, Central Java.

Islam masuk ke Nusantara melalui beberapa jalur, di antaranya perdagangan, pernikahan, pendidikan, dakwah, dll. Jawa sendiri menjadi salah satu wilayah di Nusantara yang menjadi lokasi persebaran Islam. Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Jawa sebelumnya telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, Hindu-Buddha, dan kemudian masuklah agama Islam, dimana pada proses menyebarnya Islam tersebut yang menjadikan kehidupan masyarakatnya mulai berubah ke arah yang lebih baik. Agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Jawa, namun meskipun telah merubah kepercayaan mereka untuk menganut agama Islam, nyatanya berbagai macam kebudayaan serta tradisi dari para leluhur terdahulu masih dipegang teguh dan dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Kondisi yang terjadi pada masyarakat Jawa tersebut membuat mereka seperti hidup dengan menganut dua agama, dimana ajaran-ajaran dari para leluhur serta ajaran agama Islam dipertemukan dan menciptakan akulturasi baru. Percampuran budaya antara agama Islam dengan kebudayaan asli masyarakat Jawa itulah yang disebut sebagai Islam Kejawen, yang lahir di Jawa, salah satunya yaitu di Yogyakarta, Jawa Tengah.

References

Bakri, S. (2014). Kebudayaan Islam Bercorak Jawa (Adaptasi Islam dan Kebudayaan Jawa). Jurnal DINIKA, 12(2), 33-40.

Bakri, S., & Muhadiyatiningsih, S. N. (2019). Tradisi Malam Selikuran Kraton Kasunan Surakarta. Jurnal Kajian Islam dan Budaya, 17(1), 21-32.

Daryanto, J. (2014). Gamelan Sekaten dan Penyebaran Islam di Jawa. Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”, 14 (1), 32-40.

Fatkhan, M. (2002). Sinkretisme Jawa-Islam. Jurnal Religi, 1(2), 194-204.

Hardiawan, H. (2014). ENCEH, Tugas Akhir (Online). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Iman, N., & Andalas, E. F. (2018). Representasi Kehidupan Religius Masyarakat Islam Kejawen di Yogyakarta Pada Tahun 1868 M - 1912 M. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia, 1(1), 30-38.

Jalil, A. (2015). Memaknai Tradisi Upacara Labuhan dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat Parangtritis. Jurnal el Harakah, 17(1), 101-113.

Khalim, S. (2011). Salat dalam Tradisi Kejawen. Jurnal Sabda, 6(1), 1-11.

Khoiriah, N. (2018). Konstruksi Identitas Islam Kejawen (Studi Transformasi Mantra di Keraton Yogyakarta), Skripsi (Online). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Maulana, A. I. (2019). Yogyakarta Menjaga Kebudayaan Jawa di Era Globalisasi.

Mirawati, T. (2016). Nilai-Nilai Islam dalam Tradisi Grebeg Mulud dan Implikasinya terhadap Masyarakat Keraton Yogyakarta. Skripsi (Online). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Prabowo, D. P., Pardi, & Utomo, I. B. (2003). Pengaruh Islam dalam Karya-Karya R. Ng. Ranggawarsita. Yogyakarta: Narasi.

Rahman, A. A. (2012). Islam dan Budaya Masyarakat Yogyakarta ditinjau dari Perspektif Sejarah.

Sutiyono. (2013). Upacara Sekaten di Kraton Yogyakarta: Gamelan, Ritual dan Simbol. Jurnal Imaji. 11(1), 5-18.

Wahyono, S. B. (2001). Kejawaan dan Keislaman: Suatu Pertarungan Identitas. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 5(1), 41-59.

Downloads

Published

2021-03-31

Issue

Section

Articles