Tradisi Slametan Suro Gunung Kelud Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri

Authors

  • Yana Dwi Purnamasari Universitas Negeri Malang
  • I Nyoman Ruja Universitas Negeri Malang
  • I Dewa Putu Eskasasnanda Universitas Negeri Malang
  • Ratih Pramesthi Universitas Negeri Malang
  • Khairani Maulida Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.17977/um063v1i11p1202-1209

Keywords:

tradisi, Slametan Suro, Gunung Kelud

Abstract

This study aims to describe the tradition of Slametan Suro which was carried out at Mount Kelud, Sugihwaras Village. The type of research and the approach used in this research is descriptive qualitative. The results showed that: (1) The Slametan Suro Gunung Kelud tradition started from the Slametan Punden ritual which is the original tradition of Sugihwaras Village. This tradition is carried out once a year in the month of Suro. The tradition of Sugihwaras Village which raised the myth about Lembu Suro's anger towards Dewi Kilisuci began to be developed again in 2005 by the Tourism Office at the opening of Mount Kelud tourism. (2) The tradition of Slametan Suro at the beginning before the opening of Mount Kelud tourism was realized by Slametan Punden on the slopes of Mount Kelud. The Mount Kelud tour was opened without changing the existing village traditions. The realization of the Slametan Suro tradition at the summit of Mount Kelud is the Slametan Punden and ritual offerings. (3) The function of Slametan Suro is for the people of Sugihwaras Village to cooperate and with the local government. Second, it is expected to preserve culture. Third, open up business opportunities for the community to trade. (4) The Slametan Suro tradition has a meaning in the form of good relations between humans and God, humans with fellow communities, humans with the nature where they live, and humans with their ancestors.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah tradisi Slametan Suro yang dilaksanakan di Gunung Kelud Desa Sugihwaras, mengetahui fungsi dari tradisi selamatan suro, dan makna dari tradisi stamatan suro gunung kelud . Jenis penelitian dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tradisi Slametan Suro Gunung Kelud berawal dari ritual slametan punden yang merupakan tradisi asli Desa Sugihwaras. Tradisi tersebut dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan Suro. Tradisi Desa Sugihwaras yang mengangkat mitos tentang marahnya Lembu Suro terhadap Dewi Kilisuci tersebut mulai dikembangkan lagi pada tahun 2005 oleh Dinas Pariwisata saat pembukaan pariwisata Gunung Kelud. (2) Fungsi dari Slametan Suro diantaranya adalah agar masyarakat Desa Sugihwaras dapat bekerjasama baik dengan sesama maupun pemerintah setempat. Kedua, diharapkan dapat melestarikan budaya. Ketiga, membuka peluang usaha masyarakat untuk berdagang. (3) Tradisi Slametan Suro memiliki makna berupa hubungan baik manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama masyarakat, manusia dengan alam tempat tinggalnya, serta manusia dengan leluhurnya.

References

Ahmad, S. W. (2017). Filsafat Jawa Menguak Filosofi, Ajaran, dan Laku Hidup Leluhur Jawa. Araska Publisher.

Creswell, J. (2013). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Pustaka Pelajar.

Fauzi, A. R. (2016). Sejarah Tradisi Ritual Giling Manten Di Pabrik Gula Ngadirejo, Desa Ngadirejo, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Jurnal Pendidikan Sejarah, 4(2), 468-482.

Herawati, E. N. (2010). Tradisi. Jurnal Seni dan Budaya, 1(1), 81-94.

Irmawati, W. (2013). Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa. Walisongo, 2(21), 309-330.

Masruri, M. (2013). Kosmologi Danyang Masyarakat Desa Sekoto Dalam Ritual Bersih Desa. Jurnal Penelitian, 7(2), 225-250.

Miles, M. B., & Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif. UI Press.

Munawaroh, S. (2013). Upacara Adat Nyanggring Di Tlemang Lamongan Sebagai Wahana Ketahanan Budaya. Jurnal Sejarah Dan Budaya, 8(2), 113-124.

Patrizk, I. (2015). Larung Sesaji Gunung Kelud.

Pitana, I. G., Diarta, I., & Surya, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. ANDI Yogyakarta.

Rahayu, T., Setyarto, S., & Efendi, A. (2014). Model Pewarisan Nilai-nilai Budaya Jawa Melalui Pemanfaatan Upacara Ritual. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1), 55-69.

Rohmah, A. N. (2009). Perubahan Tradisi Ngemblok Pada Upacara Perkawinan Adat Jawa (Studi Kasus Masyarakat Nelayan di Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Suratman, M., & Salamah, U. (2013). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Intimedia.

Widyaprakosa, S. (1994). Masyarakat Tengger (Latar Belakang Daerah Nasional Bromo Tengger). Kanisius.

Zaairul, M. (2008). Mutiara Hidup Manusia Jawa. Aditya Media Publishing.

Downloads

Published

2021-11-20

Issue

Section

Articles