Dari komunal menjadi individual: Studi perubahan Tradisi Pethik Pari Desa Karangrejo sebelum pandemi dan masa pandemi COVID-19

Authors

  • Alifia Putri Azahra Universitas Negeri Malang
  • Irawan Irawan Universitas Negeri Malang
  • Ahmad Arif Widianto Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.17977/um063v1i10p1113-1130

Keywords:

Tradisi Pethik Pari, eksistensi, pandemi COVID-19, sakralitas

Abstract

The tradition of pethik pari for the farming community in Karangrejo is not only used as a form of gratitude for abundant crops, but has the value and meaning of sacredity constructed by the farming community in their environment. However, karangrejo village farming communities are currently living in a new normal situation due to the COVID-19 pandemic, resulting in a change in the socio-cultural reality of the farming community.  This study aims to analyze changes in the tradition of pethik pari Karangrejo village before and during the COVID-19 pandemic. The research method used is descriptive qualitative method. The data collection used is observation, interview, and documentation. Data analysis techniques use Miles and Huberman. Test the validity of the researchers' data using the triangulation of sources and triangulation of sacred and profane theories by Mircea Eliade. The results showed that the farming community still makes the pethik pari tradition as a sacred tradition so that it should not be abandoned by the farming community, because it can affect the welfare of the community in the future. So, during the COVID-19 pandemic, the community simplified offerings and sequences of ritual implementation carried out during the pandemic in accordance with the direction of shamans who had done meditation where the offerings used were simpler than offerings before the pandemic, the farming community that did not in groups but more individually. Supported by the Javanese slogan about sluman, slumun, slamet. Thus, encouraging the farming community to continue to maintain tradition.

Tradisi pethik pari bagi masyarakat petani di Karangrejo tidak hanya dijadikan sebagai wujud syukur hasil panen yang melimpah, melainkan memiliki nilai dan makna sakralitas yang dikonstruksikan oleh masyarakat petani di lingkungan mereka. Namun, masyarakat petani desa Karangrejo saat ini hidup dalam situasi new normal akibat pandemi COVID-19, sehingga terjadi perubahan realitas sosial kultural masyarakat petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tradisi pethik pari desa Karangrejo sebelum dan saat pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan Miles dan Huberman. Uji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori sakral dan profane karya Mircea Eliade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat petani masih menjadikan tradisi pethik pari sebagai tradisi sakral sehingga tidak boleh ditinggalkan masyarakat petani, karena dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di kemudian hari. Sehingga, pada masa pandemi COVID-19, masyarakat melakukan penyederhanaan sesaji serta runtutan pelaksanaan ritual yang dilakukan saat pandemi sesuai arahan dukun yang sudah melakukan meditasi yang mana sesaji yang digunakan lebih sederhana dibandingkan sesaji sebelum pandemi, masyarakat petani yang melakukan tidak secara berkelompok melainkan lebih bersifat individu. Didukung adanya slogan jawa mengenai sluman, slumun, slamet. Sehingga, mendorong masyarakat petani tetap melangsungkan tradisi.

References

Aini, S. N. (2019). Tradisi Mipit Pare di Kasepuhan Ciptagelar. Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 07(1), 133–150.

BPS, K. M. (2019). Kecamatan Kromengan Dalam Angka (Katalog, Vol. 1). Kabupaten Malang: Badan Pusat Statistik.

Eliade, M. (1963). The Sacred and The Profane. (W. Trask,Ed.). New York: A Harvest Book.

Fajri, S., Latief, A. H., & AJ, A. (2018). Pa’dekko Ugi di Bialo Bulukumba (Pergeseran Makna dalam Konteks Masyarakat Tradisional) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Makassar).

Imanda, R., Zulheldi, Z., Fithri, W., & Saputra, E. (2021). Tradisi Tolak Bala Sebelum Tanam Padi pada Masyarakat Desa Simaroken Kabupaten Pasaman (Kajian Living Al-Qur’an). Hikmah, 18(1), 41-53.

Kusumawati, A. A. (2013). Nyadran Sebagai Realitas Yang Sakral: Perspektif Mircea Eliade. Thaqafiiyyat, 14(1), 145–160.

Lailatusysyukriyah, L. L. (2015). Indonesia dan Konsepsi Negara Agraris. SEUNEUBOK LADA, 2(1), 1-8.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. PT. Remaja Rosda Karya.

Nuralawiah, S. (2019). Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Mappakatau Ri Tau Marajae Setelah Panen Padi di Pakalu Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Paskalis, J. (2019). Tradisi pesta panen padi (Lep'mali auh kabang) dalam masyarakat suku dayak kayan di desa Mara Satu, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Doctoral dissertation, Wijaya Kusuma Surabaya University).

Putri, M. A., Mulumbot, T., & Jamilah, A. (2019). The Existence Of Mappaddekko As One Tradition Of Communities In Camba District Maros Regency (Keberadaan Mappaddekko Sebagai Salah Satu Tradisi Masyarakat Kecamatan Camba Kabupaten Maros). Jurnal Pendidikan Sendratasik, 1–13.

Singgih, R., Sakral, Y., & Profan, Y. (2020). Emile durkheim agama.

Situmorang, S. E., & Pasaribu, P. (2017). Tradisi Panjopputan Saat Memasuki Masa Panen Padi pada Masyarakat di Desa Poldung Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara. Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi, 1(1), 27-48.

Susanti, K. (2018). Prosesi, Makna Kultural, dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Wiwit Panen Padi di Desa Lebak Jabung Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 53(9), 1689–1699.

Sutarto, D. (2016). Kearifan budaya lokal dalam pengutan tradisi malemang di tengah masyarakat modernisasi di Sungai Keruh Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Dimensi, 5(3).

Wahyuni, A. T., & Pinasti, V. I. S. (2018). Perubahan Tradisi Wiwitan dalam Era Modernisasi (Studi Pada Masyarakat Petani di Desa Balak, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten). E-Societas, 7(3).

Wardah, E. S. (2017). Upacara Hajat Bumi Dalam Tradisi Ngamumule Pare Pada Masyarakat Banten Selatan (Studi di Kecamatan Sobang dan Panimbang). Jurnal Agama Dan Budaya, 15(2), 221–255.

Widianto, A. A., & Irawan, M. (2019, May). Maintaining the Tradition: Religion, Local Elites and the Transformation of Agricultural Tradition in Rural East Java (A Case of Kabumi Ceremony in Jatirogo, Tuban, East Java). In International Conference on Rural Studies in Asia (ICoRSIA 2018) (pp. 117-120). Atlantis Press.

Widianto, A. A., & Lutfiana, R. F. (2021). Kearifan Lokal Kabumi: Media Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Masyarakat Tuban Jawa Timur. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5(1), 118-130.

Wijayanti, Y., & Kartika, R. (2019). Tradisi Nyangkreb di Dusun Sukaraja Desa Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis (Suatu Tinjauan Sejarah Kebudayaan Dari Tahun 1972-2007). Jurnal Artefak, 67(6), 14–21.

Downloads

Published

2021-10-25

Issue

Section

Articles