EKSISTENSI KESENIAN LUDRUK DI MASA PANDEMI (STUDI KASUS KOMUNITAS LUDRUK LUNTAS DI KOTA SURABAYA)
DOI:
https://doi.org/10.17977/um063v4i10p4Keywords:
Ludruk, LUNTAS, Eksistensi, StrategiAbstract
Ludruk adalah pertunjukan tradisional yang berkembang di masyarakat Jawa Timur. Pertunjukan ludruk merupakan media untuk menyampaikan kritik sosial lewat guyonan yang menghibur. Era globalisasi membuat ludruk mulai memudar eksistensinya. Namun demikian, salah satu komunitas yang masih menjaga eksistensi ludruk ialah LUNTAS (Ludrukan Nom-noman Tjap Arek Soeroboio). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan komunitas ludruk LUNTAS di masa pandemi COVID-19 dan strategi komunitas ludruk LUNTAS dalam menjaga eksistensi serta mengembangkan ludruk agar bertahan di zaman yang modern ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode observasi non partisipatif, wawancara semi terstruktur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di masa pandemi COVID-19 komunitas ludruk LUNTAS mengalami pasang surut dalam proses perkembangannya. Maka dari itu, strategi yang dilakukan adalah memodifikasi struktur pertunjukan ludruk tanpa menghilangkan pakem ludruk yang sudah ada dan melakukan regenerasi anggotanya. Penelitian ludruk LUNTAS menjadi penting karena kesenian ludruk merupakan warisan budaya sebagai identitas Jawa Timur dan ludruk merupakan sarana mengkomunikasikan kritik sosial kepada masyarakat. Serta generasi milenial juga diharapkan dapat turut serta menjaga eksistensinya ludruk agar eksistensi ludruk LUNTAS tetap terjaga.
References
Azali, K. (2012). Ludruk: Masihkah ritus modernisasi?. Lakon: Jurnal Kajian Sastra dan Budaya, 1(1), 48-60.
Arianto, B. (2020). Dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian dunia. Jurnal Ekonomi Keuangan (JUMPER), 2(2), 106-126.
Basyir, A. A. (2013). Hukum waris Islam. Yogyakarta: UII Press.
Effendhie, M. (2011). Pengantar organisasi: Organisasi tata laksana dan lembaga kearsipan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Fajar, Y. (2021). Kidungan in virtual ludruk as a medium for narrating the socio-economic impact of COVID-19 pandemic and promoting health protocols in Indonesia. Atlantis Press. https://doi.org/10.2991/assehr.k.211119.116
Fitri, N. P. (2021). Bentuk dan eksistensi ludruk armada pada masa pandemi COVID-19. Jurnal Seni Pertunjukan, 9(1),
Geertz, C. (1989). Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Jalal, M. (2022). Periodisasi perubahan potret perjalanan seni tradisional ludruk: Periodization of changes in the travel portrait of Ludruk traditional art. Biokultur, 11(2), 112-124.
Kholidah, N. N., Widodo, S. T., & Saddhono, K. (2020). Traditional stage as a medium of social criticism: The role of humor in Ludruk performance art. Journal of Critical Reviews, 7(7), 1-5. https://doi.org/10.31838/jcr.07.07.01
Kumuda, P. D. N., & Wrihatni, N. S. (2018). Humor in ludruk: Between insults and compliments. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. https://doi.org/10.1088/1755-1315/175/1/012118
Kuntowijoyo, K. (2013). Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lubis, I., & Lubis, H. S. D. (2020). Adaptasi etnis Jawa di Desa Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu (1955-2000). Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, 5(1), 30-38. https://doi.org/10.24114/ph.v5i1.18274
Maimunah, M., & Aribowo, A. (2015). Empowerment of waria ludruk artists in AIDS/HIV prevention program. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 7(1), 35-42. https://doi.org/10.15294/komunitas.v7i1.3598
Miles, M. B., & Huberman, M. (2014). Analisis data kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moriarty, S., Mitchell, N., & Wells, W. (2011). Advertising (8th ed.). Jakarta: Kencana.
Njo, H. S. (2017). Perancangan promosi ludrukan nom noman tjap arek soeroboio. Jurnal DKV Adiwarna, 2(11), 67-74. Retrieved from https://publikasi.petra.ac.id/index.php/dkv/article/lihat/6321/5745
Peacock, J. L. (2005). Ritus modernisasi: Aspek sosial & simbolik teater rakyat Indonesia (A. Pudjastawa, Trans.). Desantara.
Pudjastawa, A. W. (2022). Model pertunjukan ludruk sinema: Wahana pengembangan ludruk Jawa Timur. Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni, 2(1), 45-55. https://doi.org/10.2776-9801
Purnomo, H. (2019). Tata artistik (scenografi) dalam pertunjukan kesenian tradisi berbasis kerakyatan. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 2(2), 80-92. https://doi.org/10.22219/satwika.v2i2.7998
Rachmasari, F. A. (2020). Challenging modernity: The Luntas, modern ludruk and young audiences acceptance. Jurnal Simulacra, 3(2), 125-139. Retrieved from https://journal.trunojoyo.ac.id/simulacra/article/view/7879
Sari, S. E. (2021). Sisi lain pandemi COVID-19 dari kacamata sosial budaya. Fakultas Syariah: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Retrieved from https://syariah.iainponorogo.ac.id/sisi-lain-pandemi-COVID-19-dari-kacamata-sosial-budaya/
Setiawan, I., & Sutarto. (2014). Transformation of ludruk: From political involvement and state hegemony to creative survival strategies. Humaniora, 26(2), 187-202. Retrieved from https://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/5241
Silalahi, S. (2009). Metode penelitian sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukanto, S. (1993). Pengantar ilmu sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supriyanto, H. (2018). Ludruk Jawa Timur dalam pusaran zaman. Malang: Beranda.
Sutarto, A. (2009). Reog dan ludruk: Dua pusaka budaya dari Jawa Timur yang masih bertahan [Reog and ludruk: Two cultural legacies from East Java that still survive]. Paper presented at Jelajah Budaya: Pengelana Budaya Lokal Sebagai Wahana Peningkatan Pemahaman Keanekaragaman Budaya, Yogyakarta: Javanologi. Retrieved from https://repositori.kemdikbud.go.id/1129/1/Reog_Ludruk.pdf
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Retrieved from http://pemajuankebudayaan.id
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.