Pengembangan Hutan Pinus sebagai Kawasan Ekowisata dengan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Desa Sumberdem
DOI:
https://doi.org/10.17977/um063v4i1p12-17Keywords:
community-based tourism, masterplanAbstract
Sumberdem Village is a rural area that has special characteristics where this village is located in a mountainous area and is close to the Gunung Kidul tourist destination. Because of this, it is a strategic location for developing community economic efforts through tourism. Moreover, in this village, there are still many green open areas, especially pine forest areas. Based on the survey results, the village currently needs a rest area master plan based on community-based tourism. The supporting factor for using this concept is because the people of Sumberdem Village still carry out the culture and traditions passed down such as village cleans, village meetings, mitoni, and so on, so the CBT concept is deemed suitable to be used. For this reason, it is necessary to design a pine forest tourism master plan. The method of implementing this service activity includes several stages, namely (1) preparation stage, (2) implementation stage, and (3) final stage. At each stage, several activities are carried out by the needs and plans for completing this community service activity. The output of this community service activity is expected to produce several outputs, including: 1 Copyright, 1 News in the Mass Media, 1 design implementation product, 1 product documentation, 1 published article.
Desa Sumberdem adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki karakteristik khusus dimana desa ini terletak di daerah pegunungan dan berada dekat dengan destinasi wisata Gunung Kidul. Karena hal tersebut, maka lokasi yang strategis untuk mengembangkan usaha-usaha perekonomian masyarakat melalui wisata. Apalagi di desa ini, masih terdapat banyak area terbuka hijau terutama daerah hutan pinus. Berdasarkan hasil survey bahwa desa saat ini membutuhkan masterplan rest area berbasis community-based tourism. Faktor pendukung menggunakan konsep ini dikarenakan masyarakat Desa Sumberdem masih melakukan budaya dan tradisi yang diturunkan seperti bersih desa, musyawarah desa, mitoni, dan sebagainya, maka konsep CBT dirasa cocok untuk digunakan. Untuk itu, perlu adanya desain masterplan wisata hutan pinus. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini meliputi beberapa tahapan yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap akhir. Pada masing-masing tahap dilaksanakan beberapa kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan rencana penyelesaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Luaran Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini nantinya diharapkan menghasilkan beberapa luaran antara lain: 1 Hak Cipta, 1 Berita di Media Massa, 1 produk implementasi desain, 1 dokumentasi produk, 1 artikel terpublikasi.
References
Ariawan, A., Jupri, J., & Surusa, F. E. P. (2022). Pemanfaatan Hutan Pinus Motilango Sebagai Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jurnal Abdi Insani, 9(2), 640-651.
Badan Pusat Statistik. (2023). Jumlah wisatawan mancanegara di Kota Malang. https://-malangkota.bps.go.id/¬indicator/16/158/1/jumlah-wisatawan-mancanegara-di-kota-malang.html
Kosasih, A., Sihotang, B. M., Adelwin, E. A., Tejawijaya, F., Lais, G. N., Josua, A. L. D., ... & Junedi, S. (2022). Pemanfaatan Hutan Pinus Menjadi Tempat Wisata dan Pembuatan Embung Untuk Membantu Pertanian di Desa Wiladeg. Jurnal Atma Inovasia (JAI), 2(2).
Larasati, D. C. (2019). Peran Pemerintah Desa Dalam Mengelola Wisata Hutan Pinus Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Di Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Reformasi, 9(2), 161-167.
Pangestu, R. P. A. G. (2016). Upaya Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Studi pada Desa Wisata Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul). Publika, 4(10).
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.